Selasa, 25 Maret 2014

Mendaki Lawu Via Jalur Cetho 3263 MDPL




Gambar disamping adalah tempat administrasi menuju candi kethek, untuk para pendaki dibebaskan dari biaya masuk, yang saat ini berkisar 1000 rupiah / orang. Pendakian yang dilakukan oleh kami kelompok Jabal Holic dari candi cetho dimulai pada Sabtu 21 September 2013 pukul 11.00 WIB. Pendakian jalur yang jarang dilewat oleh pendaki ini kami lakukan dengan kesabaran dan kerja keras, berkelompokkan 4 personil diantaranya adalah Sabastian, Mr.Jabrik, Mas Her, dan saya sendiri penulis blogs.

Arah yang kami ambil dimulai dari memasuki kawasan Candi Cetho berjalan sampai melewati  area bukit menuju Candi Kethek. Perlu diketahui karena jalur ini jarang dilewati oleh pendaki maka sudah wajar jika belum disediakan basecamp untuk laporan pendakian melewati candi Cetho.


Gambar disamping
adalah gamabar candi kethek, jujur saya kurang tahu dimana ketheknya tapi itu sebutan yang mereka pakai untuk menamai candi tersebut.
 Perjalanan menuju puncak gunung lawu ini terdiri dari 5 pos, dan antara satu pos dengan pos lain memakan waktu yang cukup lama paling lama adalah 2 jam.



Perjalanan dari candi kethek menuju Pos pertama memakan waktu satu jam dimana jalur ini awalnya berisi dengan tanaman milik penduduk, dan kemudian berisi semak-semak yang cukup liar, disarankan untuk para pendaki memakai lengan panjang karena terdapat beberapa semak berduri sehingga celana panjang juga baik digunakan untuk melancarkan perjalanan agar tidak terganggu oleh kondisi alam sekitar.


Pos dua memakan waktu satu jam Perjalanan dari pos satu ke pos dua ini semak-semak semakin liar dan diakhiri dengan hutan rimba yang cukup membingungkan, karena perjalanan pulang kami salah mengambil jalur, terdapat 2 jalur kanan dan kiri, jalur yang sebenarnya adalah jalur kiri untuk menuju pos 1.



Perjalan dari Pos dua ke pos tiga memakan waktu satu setengah jam, perjalanan menuju pos tiga ini mulai banyak tanjakan yang sulit dilalui, karena struktur tanah yang mudah lonsor membuat debu-debu bertaburan dan mengganggu pernafasan, disarankan untuk membawa masker. Perjalanan menuju pos tiga ini adalah wilayah yang dijadikan oleh penduduk sebagai pembuatan arang, orang-orang pribumi ini sangat kuat membawa satu karung arang yang bobotnya lebih berat dari satu tas gunung, mereka biasa setelah membakarnya seperti gambar disamping membawa pulang kebawah untuk dijual.


Perjalanan dari pos tiga menuju pos empat memakan waktu, sekitar 45 menit, disini kalian akan menemukan hutan arang dimana sepanjang perjalanan pepohonan yang ada dihutan semuanya telah terbakar dan menjadi arang disetiap kulit kayu yang berdiri disana, sisa tumbuhan yang baru saja yang terlihat tidak terbakar oleh api, dikabarkan kemungkinan tempat lokasi hutan yang terjadi kebakaran tahun lalu adalah hutan ini.


Perjalanan menuju pos lima memakan waktu dua jam, ditempat ini kalian akan menemukan cemara kembar, dimana untuk sampai di cemara kembar ini, kalian harus melakukan perjalanan yang super nanjak, dan melewati hutan arang, kalian akan kesulitan mencari pegangan karena hampir seluruh hutan telah terbakar, dan otomatis tangan kalian akan penuh arang jika memegang salah satu pohon bekas terbakar. Namun perjuangan itu terbayar dengan suasana senja yang tergambar disamping.

Kami akhirnya membuka tenda di bawah Hargo Dalem sampai di pasar dieng sekitar jam 9 malam, suhu yang sangat dingin membuat beberapa personil kesulitan untuk terjaga dari tidurnya. Suhu yang berkisar dibawah 0 derajad sampai membekukan air mineral yang kami taruh di luar tenda. Suhu dingin ini terus berlangsung sampai pukul 07.00 WIB suhu yang dingin itu untungnya diatasi oleh terpal yang kami bawa. Terpal yang menyelimuti tenda cukup mengurangi dingin yang mampu mendinginkan air kopi menjadi es.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju hargo dalem, rasa penasaran kami akhirnya terpuaskan dengan arah argo dalem yang ternyata bersebelahan dengan tempat kami mendirikan tenda, karena jujur saja, selama kami melakukan perjalanan melewati via cetho, tidak terlihat rombongan lain, hanya jejak kaki baru yang dilewati oleh pendaki sebelumnya, membuktikan bahwa jalur ini jarang sekali dilewati oleh pendaki

VIEW ALL PHOTOS



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar