Gambar disamping adalah
tempat administrasi menuju candi kethek, untuk para pendaki
dibebaskan dari biaya masuk, yang saat ini berkisar 1000 rupiah /
orang. Pendakian yang dilakukan oleh kami kelompok Jabal Holic dari
candi cetho dimulai pada Sabtu 21 September 2013 pukul 11.00 WIB.
Pendakian jalur yang jarang dilewat oleh pendaki ini kami lakukan
dengan kesabaran dan kerja keras, berkelompokkan 4 personil
diantaranya adalah Sabastian, Mr.Jabrik, Mas Her, dan saya sendiri
penulis blogs.
Arah yang kami ambil dimulai dari memasuki kawasan Candi Cetho berjalan sampai melewati area bukit menuju Candi Kethek. Perlu diketahui karena jalur ini jarang dilewati oleh pendaki maka sudah wajar jika belum disediakan basecamp untuk laporan pendakian melewati candi Cetho.
Arah yang kami ambil dimulai dari memasuki kawasan Candi Cetho berjalan sampai melewati area bukit menuju Candi Kethek. Perlu diketahui karena jalur ini jarang dilewati oleh pendaki maka sudah wajar jika belum disediakan basecamp untuk laporan pendakian melewati candi Cetho.
adalah
gamabar candi kethek, jujur saya kurang tahu dimana ketheknya tapi
itu sebutan yang mereka pakai untuk menamai candi tersebut.
Perjalanan menuju puncak gunung lawu ini terdiri dari 5 pos, dan
antara satu pos dengan pos lain memakan waktu yang cukup lama paling
lama adalah 2 jam.
Perjalanan dari candi kethek menuju Pos pertama memakan waktu satu jam dimana jalur ini awalnya berisi dengan tanaman milik penduduk, dan kemudian berisi semak-semak yang cukup liar, disarankan untuk para pendaki memakai lengan panjang karena terdapat beberapa semak berduri sehingga celana panjang juga baik digunakan untuk melancarkan perjalanan agar tidak terganggu oleh kondisi alam sekitar.
Pos dua memakan waktu
satu jam Perjalanan dari pos satu ke pos dua ini semak-semak semakin
liar dan diakhiri dengan hutan rimba yang cukup membingungkan, karena
perjalanan pulang kami salah mengambil jalur, terdapat 2 jalur kanan
dan kiri, jalur yang sebenarnya adalah jalur kiri untuk menuju pos 1.
Perjalan dari Pos dua ke
pos tiga memakan waktu satu setengah jam, perjalanan menuju pos tiga
ini mulai banyak tanjakan yang sulit dilalui, karena struktur tanah
yang mudah lonsor membuat debu-debu bertaburan dan mengganggu
pernafasan, disarankan untuk membawa masker. Perjalanan menuju pos
tiga ini adalah wilayah yang dijadikan oleh penduduk sebagai
pembuatan arang, orang-orang pribumi ini sangat kuat membawa satu
karung arang yang bobotnya lebih berat dari satu tas gunung, mereka
biasa setelah membakarnya seperti gambar disamping membawa pulang
kebawah untuk dijual.
Perjalanan dari pos tiga
menuju pos empat memakan waktu, sekitar 45 menit, disini kalian akan
menemukan hutan arang dimana sepanjang perjalanan pepohonan yang ada
dihutan semuanya telah terbakar dan menjadi arang disetiap kulit kayu
yang berdiri disana, sisa tumbuhan yang baru saja yang terlihat tidak
terbakar oleh api, dikabarkan kemungkinan tempat lokasi hutan yang
terjadi kebakaran tahun lalu adalah hutan ini.
Perjalanan menuju pos lima memakan waktu dua jam, ditempat ini kalian akan menemukan cemara kembar, dimana untuk sampai di cemara kembar ini, kalian harus melakukan perjalanan yang super nanjak, dan melewati hutan arang, kalian akan kesulitan mencari pegangan karena hampir seluruh hutan telah terbakar, dan otomatis tangan kalian akan penuh arang jika memegang salah satu pohon bekas terbakar. Namun perjuangan itu terbayar dengan suasana senja yang tergambar disamping.
Kami akhirnya membuka tenda di bawah Hargo Dalem sampai di pasar dieng sekitar jam 9 malam, suhu yang sangat dingin membuat beberapa personil kesulitan untuk terjaga dari tidurnya. Suhu yang berkisar dibawah 0 derajad sampai membekukan air mineral yang kami taruh di luar tenda. Suhu dingin ini terus berlangsung sampai pukul 07.00 WIB suhu yang dingin itu untungnya diatasi oleh terpal yang kami bawa. Terpal yang menyelimuti tenda cukup mengurangi dingin yang mampu mendinginkan air kopi menjadi es.
Setelah itu kami
melanjutkan perjalanan menuju hargo dalem, rasa penasaran kami akhirnya terpuaskan dengan arah argo dalem yang ternyata bersebelahan dengan tempat kami mendirikan tenda, karena jujur saja, selama kami melakukan perjalanan melewati via cetho, tidak terlihat rombongan lain, hanya jejak kaki baru yang dilewati oleh pendaki sebelumnya, membuktikan bahwa jalur ini jarang sekali dilewati oleh pendaki
VIEW ALL PHOTOS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar